Kamis, 10 Oktober 2013

[FANFICT / ONESHOOT] Secret Room

Annyeong, balik lagi nih, XDD
kali ini mimin mau kasih FF yang agak beda nih, tapi buka yadong, #antibuatyadong
bukan juga BxB, karena mimin gak bakalan rela mereka BxB

ok langsung aja...

cast :
Lee Jnho
Meng Jia
Bae Suzy

genre : sedikit horor *maaf kalo gak serem*
*mian baneernya jelek, XD*

HAPPY READING!!!


“AKKHHHH!!!” sebuah teriakan terdengar sangat ketakutan. Terlihat seorang cowok ketakutan melihat sosok yang berada di depannya. Ketakutan terlihat jelas pada raut muka cowok tersebut. Terilat sebuah pisau yang sangat tajam terarah padanya, cowok tersebut hanya bisa berteriak sekuat yang dia bisa. NIHIL! Tak ada seorang pun yang dapat mendengar teriakn cowok tersebut, kerana tempat tersebut sudah sepi dan tempat tersebut jarang dilewati orang. Sosok tersebut masih memengang pisau tersebut dengan raut muka penuh kemenangan. Tanpa ragu-ragu sosok tersebut mengarahkan pisau itu ke tubuh cowok yang sangat ketakutan tersebut. Seketika darah segar memncar dari tubuhnya.

***
“Jia! Kau tahu tentang berita itu?” seru seorang cowok berambut coklat
“Berita apa?” cewek berambut merah muda yang bernama Jia berbalik tanya
“Kau tak tahu? “ cowok berambut coklat itu terkejut tak percaya
“Tidak. Berita apaan sih, Jun?” Jia mengulang pertanyaanya
“Kau tahu David anak 11-2?? Katanya dia ditemukan tewas di ruang olah raga semalam” kata Juno meyakinkan
“Beneran?? Kok bisa? Bunuh diri??” Jia tak percaya
“Kurasa tidak, karena tubuhnya tercabik-cabik. Seperti mau dimutilasi, dan lagi tidak ada pisau atau alat tajam di gedung olah raga. Jadi kurasa dia dibunuh seseorang” Juno menarik kesimpulan
“Itu kan menurutmu, detektif gadungan!” kata Jia sambil mengunyah permen karentnya “Udah bel nih, masuk yuk!” ajak Jia
Jia, cewek tomboy yang punya banyak temen cowok tapi hanya satu yang deket banget sama dia, yaitu Juno. Mereka sudah berteman dari kecil, kemana-mana selalu barengan. Sampai-sampai kalo orang yang gak tahu pasti mengira mereka pacaran, padahal mereka setiap ketemu seperti 100.000 lebah yang sedang terbang, ribut mulu. Jia memang tidak terlalu tertarik dengan rumor yang beredar disekitarnya. Juno si cowok cool, pintar, dan tertarik banget dengan hal-hal aneh, satu lagi dia sangat suka menyimpulkan sesuatu seenak jidatnya sendiri, seperti kasus David tadi.
Sekolah hari ini berlangsung cepat dan hampir semua peajaran kosong karena guru sibuk mengurusi David. David, anak keas 11-2 yang ditemukan tewas dengan keadaan yang sangat mengenaskan, tibuhnya bersimbah darah dan hampir seuruh tubuhnya terdapat luka sayatan benda tajam. Di perkirakan David tewas pada dini hari tadi, karena darah yang melumuri David masih segar dan masih berbau amis, sangat amis. Penyelidik menyatakan bahwa itu kasus pembunuhan, dengan meihat luka-luka yang dialami David tidak mungkin itu bunuh diri, dan lagi tidak ada barang tajam yang berada di sekitar David, bahkan di gedung olah raga pun tidah ada. Jika David bunuh diri maka alat yang digunakan David untuk menyanyati tubuhnya sendiri pasti masih ada di situ.
Walaupun sekolah seharusnya sudah selesai dari tadi, namun masih banyak siswa yang ingin menyaksikan penyelidikan polisi menegnai kasus David ini, termasuk Jia dan Juno. Sebenarnya Jia sangat malas untuk menyaksikan semua ini, tapi Juno memaksa Jia agar mau menemaninya. Karena bosan Jia pergi ke kantin untuk makan siang, maklum hari sudah siang. Juno pergi menemui seorang polisi dan bertanya-tanya tentang kasus David ini. Dengan sedikit basa-basi Juno diperbolehkan untuk melihat foto David yang takberdaya itu, seketika Juno menemukan sebuah kejanggalan dalam foto itu. Dalam foto itu terlihat beberapa jejak kaki yang mengarah pada sebuah ruangan yang berada tepet di belakang tubuh David. Juno mencoba bertanya pada polisi tentang jejak kaki tersebut, dan polisi itu biang itu jejak kaki para polisi yang tadi mengidentifikasi tepattersebut. Karena belum puas dengan jawaban sang polisi Juno memutuskan untuk pergi dan melihat sendiri arah jejak kaki tersebut.
Dengan susah payah Juno mengendap-endap agar tidak ketahuan jika dia menerobos masuk ke TKP. Setelah beberapa menit sampailah Juno di TKP, ternyata benar terdapat jejak kaki yang menuju ruangan di belakang David. Dengan hati-hati Juno membuka ruangan tersebut, sepi. Ruangan tersebut sangat gelap dan bau khas darah tercium sangat jelas di rungan itu.“Kenapa dari luar tidak tercium bau darah sama sekali?” gumam Juno. Tanpa pikir panjang Juno menyalakan lambu handphone-nya untuk penerangan. Juno terkejut dengan apa yang dilihatnya, bebrapa organ dalam tubuh manusia yang terbungkus toples tertata rapi di rak-rak yang mengeliingi ruangan tersebut. Rasa ingin tahu Juno membunuh rasa takutnya, Juno segera mencari sesuatu barang bukti atau apapun untuk memecahkan misteri ini. Setelah meihat-lihat Juno menemukan sebuah buku diary yang beriaskan beberapa bercak darah di setiap halamannya.
‘PRANKKK’
Juno segera memasukkan buku tersebut ke dalam tasnya dan segera keluar setelah mendengar suara terbut. Juno bersembunyi dibalik tumpukan matras, dan dengan segera keluar dari gedung olah raga tersebut. Juno berencana menyusul Jia ke kantin, tanpa disadari Juno hari sudah mulai gelap. ‘Apakah Jia masih menungguku di kantin?’ batin Juno setelah tahu bahawa hari ini sudah gelap.Juno sampai di kantin, namun orang yang dicarinya tidak ada. Malahan tak seorangpun ada di sana, Juno berfikir Jia pasti sudah pulang jadi Juno memutuskan untuk pulang.
Setelah sampai di kamarnya, Juno membuka buku diary yang tadi ditemukannya. Juno membuka lembar pertama, di halaman tersebut hanya ada sebuah foto, terlihat seorang gadis kecil yang terlihat muram sedangkan sepasang suami istri tersenyum bahagia. Juno tak memberikan banyak perhatian pada foto itu. Dia membuka halaman selanjutnya tak ada yang menari dari halaman ini selain percikan darah yang hampir memenuhi halaman tersebut, tak ada tulisan maupun foto seperti halaman pertama tadi. Juno membuka halaman selanjutnya, dia tak menemukan sesuatu yang janggal kecuali bercak darah yang terdapat pada buku tersebut.
***
 “Jia, coba lihat buku ini” kata Juno sambil menyodorkan buku yang kemarn dia temukan
“Buku apaan nih?? Suram banget?” Jia heran bagaimana Juno bisa menemukan buku yang begitu suram
“Kau tahu ruangan dibelakang David di temukan tewas?” Juno mulai membuka pembicaraan
“Memangnya ada? Sepertinya tak ada apa-apa di sana” Jia tak percaya dengan perkataan Juno barusan
“Aishh... nanti aku tunjukkan, sekarang buka buku ini dan jika kau menemukan sesuatu yang aneh beri tahu aku, OK?” kata Juno sambil ngeloyor pergi
Jia mulai membuka-buka buku yang diberikan Juno, seperti Juno Jia tak menemukan sesuatu yang aneh kecuali-
“YAP!!” Jia berlari mencari Juno secepat yang ia bisa, Jia ingin segera memberi tahu Juno apa yang dia temukan dalam buku itu. Jia segera menuju suatu tempat, tempat yang paling Juno suka untuk mengahabiskan waktu dan mencari inspirasi. Setelah menemukan Juno, Jia menceritakan apa yang ada di fikirannya. Juno hanya menganggukkan kepalanya, sekali-kali berkata ‘Terus?’ dan dengan sigap Jia melanjutkan pemikirannya.
“Bisakah kau membawaku kesana?” kata Jia pada akhirnya
“Baiklah. Tapi kita harus segera kesana sebelum hari malam, sangat mengerikan dalam ruangan itu” Juno memberikan persetujuan dan alasan
“Baiklah, kita kesana sekarang” kata Jia bersemangat
Jia dan Juno segera menuju gedung olah raga, karena kasus tersebut belum terkuak gedung olah raga masih di segel dan tak boleh seorangpun masuk ke dalam. Mereka harus mengendap-endap untuk masuk dalam gedung itu agar tak katahuan oleh penjaga. Jia menutup hidungnya dengan masker yang sudah mereka siapkan namun bau amis darah tetap bisa masuk ke dalam indra pembaunya. Raut muka Jia terlihat sangat heran dan sedikit takut dengan ruangan itu.
“Juno, kenapa ada ruangan seperti ini disini? Kenapa bau amis tak tercium dari luar waaupun kita berada di depan pintunya sekalipun? Ini aneh!” Jia berargumen
“Makannya aku  mengajakkmu ke sini, aku juga ingin tahu alasannya. Baiklah kita mulai mencari barang yang mungkin bisa dijadikan barang bukti” Juno memutuskan sepihak, namun Jia setuju
Mereka berdua menghabiskan sisa jam pelajaran untuk mencari barang-barang yang mungkin berhubungan dengan tewasnya David kemarin. Suasana begitu hening dan hanya hembusan nafas mereka yang terdengar, sesekali dentuman sepatu terdengar saat mereka melangkahkan kaki. Rak-rak yang tertata dalam ruangan itu sedikit aneh ada satu rak yang menghadap ke dinding, hal ini disadari oleh Juno segera Juno memanggil Jia dan menunjukannya. Juno dan Jia hanya saling bertatapan dan terdiam sejenak
“Mungkin kita harus mencari pembuka pintu ini,” kata Juno sambil sibuk mencari sesuatu yang mungkin menjadi kunci pintu itu, Juno menemukan sebuah potongan jantung yang berada di luar toples, karena semua organ berada dalam toples Juno mengambil potongan tersebut dan memasukkannya ke dalam topes kosong. Saat tangan Juno menyentuh jantung tersebut, deritan pintu terdengar dan rak yang tadi mengahadap ke dinding perlahan mulai terbuka
“Ju-ju-juno-“ suara Jia tertahan saat rak tersebut terbalik
“Asataga!! Ini bukan sebuah pintu, tapi-“ belum sempat Juno menyelesaikan kata-katanya Jia memotong
“Kita arus cepat keluar dari sini!! Seharusnya kita tidak masuk ke sini!!” Jia menarik tangan Juno dan setengah berlari keluar
“Kalian mau kemana??” sebuah suara menghentikan langkah mereka “baru saja aku akan bersenang-senang dengan kalian” lanjutnya dengan senyum menyeringai
“Kenapa kau lakukan ini?” Jia berkata tanpa menoleh dia sangat hafal dengan suara itu “Juno kau tak boleh menoleh!” sergah Jia saat Juno mencoba untuk mengetahui siapa orang yang berbicara
“Juno, Juno, kau benar-benar bodoh, apa kau tak tahu siapa aku?” orang itu sedikit mendekat ke arah Juno dan Jia
“Siapa kau? Jadi kau yang melakukan ini semua? Kau orang yang telah menjadi hantu sekolah ini?” Juno benar-benar tak punya bayangan siapa orang tersebut
“Kenapa kau lakukan ini? Kenapa kau membunuh mereka?” Suara Jia bergetar
“Karena, karena mereka membuat ku muak!!!” suara orang tersebut mulai meninggi “Kau tahu apa yang telah mereka lakukan padaku? Kau tahu? Jelas kau tahu!!!” orang tersebut mulai histeris
“Tapi apakah perlu kau melakukan semua ini?” Jia tak tahan dan meneteskan air matanya “Kau adalah orang baik, apa yang membuatmu jadi seperti ini?”
“Jia, kau tahu siapa dia? Siapa? Kenapa kau menangis?” Juno bertanya begitu banyak namun Jia tak menjawab satupun pertanyaannya
“Kau ingin mengetahui apa yang membuatku seperti ini? KAU INGIN TAHU, HAH?!” kini emosinya tak bisa terbendung lagi
“Jangan-jangan kau ini-“ kata-kata Juno menggantung “Suzy!!!”
“Kau berada di sana waktu itu, kau tahu semuanya. Kau tahu apa yang telah mereka lakukan padaku, apa aku salah jika aku membalas mereka?” air mata Suzy membasahi pipinya
“Aku tahu! Aku tahu apa yang kau rasakan, tapi-“
“TIDAK!! Kau tidak tahu rasanya saat orang tuamu disiksa di depan matamu sendiri!! Kau tak akan pernah tahu rasanya!!”
“Aku tahu kau bukan tipe orang pendendam-“
“CUKUP!!” Juno menengahi pertengkaran itu
Jia dan Suzy bungkam, tak satupun dari mereka bersuara hanya isakan tangis yang terdengar samar-samar. Bau amis darah yang dari tadi menggangu indra penciuman mereka seakan-akan telah hilang dari ruangan tersebut. Hampir sepuluh menit berlalu tapi tak sepatah katapun terucap dari mulut mereka. Jia menenggelamkan wajahnya diantar lututnya, dia menangis terisak dan tak bersuara, seakan dia berada di ruang hampa walaupun di berteriak sekuat yang dia bisa tak seorang pun dapat mendengarnya. Sedangkan Suzy terus memandangi Jia dengan tatapan penuh kebencian, parasnya yang cantik tertutupi dengan raut wajah menyeramkan dan penuh kebencian.
Karena suasana hening menambah suram suasana Juno membuka pembicaraan perlahan, Juno meminta baik Suzy maupun Jia untuk mengungkapkan semunya. Juno tahu Suzy dan Jia adalah sahabat sejati yang tak akan terpisahkan oleh apapun, walaupun Suzy sudah menjadi seperti ini tapi dia yakin Jia masih sangat menyanyangi sahabatnya itu. Kisah masa lalu yang gelap biarlah tetap berada disana, namun tidak bagi Suzy, dia tak pernah meninggalkan masa lalunya begitu saja. Dia terus hidup bersama masa lalunya yang telah merebut segalanya darinya, dan hal itulah yang membuat Suzy menjadi hantu sekolah.
“Suzy.. maafkan aku. Aku tak ada saat kau benar-benar membutuhkan aku, aku memang sahabat yang buruk bagimu” Jia berkata sambil memeluk Suzy
“Aku-“ kata-kata Suzy terputus-
‘DORRRR’
Suara tembakan terdengar begitu jelas dan memekakan telinga. Sebuah cairan hangat membasahi tangan Jia, Jia yang merasa tangannya basah melihatnya dan betapa terkejutnya dia saat mengetahui itu adalah darah. Jia tak merasa kesakitan tapi kenapa tangannya berdarah, tak mungkin juga itu darah Juno karena dia tak menyentuh Juno. Air matanya semakin deras keluar dan membuat pipinya basah, dia menyadari bahwa sahabat yang paling dia sayangi terluka dihadapannya
“SUZYY!!!! Kau tak boleh meninggalkan aku!!” Jia memeluk tubuh Suzy erat
“Maafkan aku Jia, mungkin inilah jalan yang terbaik untuk ku. Aku akan segera bertemu dengan orang tuaku” suara Suzy terdengar sangat lemah
“TIDAK! KAU TAK BOLEH PERGI!” Jia terus menangis dan memeluk tubuh Suzy yang lemah
“Jia-a-aku sa-sangat menyangangimu k-kau a-ad-adalah s-s-saha-bat t-t-ter-baikku....” Suzy menghembuskan nafas terakhirnya di pelukan sahabatnya yang paling dia sayangi.

2 komentar:

  1. makasih :) *big smile*

    maaf namanya belum di ganti, XD

    ini sebenarnya tugas buat cerpen bahasa indonesia waku kelas X dulu, XD

    BalasHapus