Annyeong, balik lagi nih, XDD
kali ini mimin mau kasih FF yang agak beda nih, tapi buka yadong, #antibuatyadong
bukan juga BxB, karena mimin gak bakalan rela mereka BxB
ok langsung aja...
cast :
Lee Jnho
Meng Jia
Bae Suzy
genre : sedikit horor *maaf kalo gak serem*
*mian baneernya jelek, XD*
HAPPY READING!!!
“AKKHHHH!!!” sebuah teriakan terdengar sangat
ketakutan. Terlihat seorang cowok ketakutan melihat sosok yang berada di
depannya. Ketakutan terlihat jelas pada raut muka cowok tersebut. Terilat
sebuah pisau yang sangat tajam terarah padanya, cowok tersebut hanya bisa
berteriak sekuat yang dia bisa. NIHIL! Tak ada seorang pun yang dapat mendengar
teriakn cowok tersebut, kerana tempat tersebut sudah sepi dan tempat tersebut
jarang dilewati orang. Sosok tersebut masih memengang pisau tersebut dengan
raut muka penuh kemenangan. Tanpa ragu-ragu sosok tersebut mengarahkan pisau
itu ke tubuh cowok yang sangat ketakutan tersebut. Seketika darah segar memncar
dari tubuhnya.
***
“Jia! Kau tahu tentang berita itu?” seru
seorang cowok berambut coklat
“Berita apa?” cewek berambut merah muda yang
bernama Jia berbalik tanya
“Kau tak tahu? “ cowok berambut coklat itu
terkejut tak percaya
“Tidak. Berita apaan sih, Jun?” Jia mengulang
pertanyaanya
“Kau tahu David anak 11-2?? Katanya dia
ditemukan tewas di ruang olah raga semalam” kata Juno meyakinkan
“Beneran?? Kok bisa? Bunuh diri??” Jia tak
percaya
“Kurasa tidak, karena tubuhnya tercabik-cabik.
Seperti mau dimutilasi, dan lagi tidak ada pisau atau alat tajam di gedung olah
raga. Jadi kurasa dia dibunuh seseorang” Juno menarik kesimpulan
“Itu kan menurutmu, detektif gadungan!” kata
Jia sambil mengunyah permen karentnya “Udah bel nih, masuk yuk!” ajak Jia
Jia, cewek tomboy yang punya banyak temen cowok
tapi hanya satu yang deket banget sama dia, yaitu Juno. Mereka sudah berteman
dari kecil, kemana-mana selalu barengan. Sampai-sampai kalo orang yang gak tahu
pasti mengira mereka pacaran, padahal mereka setiap ketemu seperti 100.000
lebah yang sedang terbang, ribut mulu. Jia memang tidak terlalu tertarik dengan
rumor yang beredar disekitarnya. Juno si cowok cool,
pintar, dan tertarik banget dengan hal-hal aneh, satu lagi dia sangat suka
menyimpulkan sesuatu seenak jidatnya sendiri, seperti kasus David tadi.
Sekolah hari ini berlangsung cepat dan hampir
semua peajaran kosong karena guru sibuk mengurusi David. David, anak keas 11-2
yang ditemukan tewas dengan keadaan yang sangat mengenaskan, tibuhnya bersimbah
darah dan hampir seuruh tubuhnya terdapat luka sayatan benda tajam. Di
perkirakan David tewas pada dini hari tadi, karena darah yang melumuri David
masih segar dan masih berbau amis, sangat amis. Penyelidik menyatakan bahwa itu
kasus pembunuhan, dengan meihat luka-luka yang dialami David tidak mungkin itu bunuh
diri, dan lagi tidak ada barang tajam yang berada di sekitar David, bahkan di
gedung olah raga pun tidah ada. Jika David bunuh diri maka alat yang digunakan
David untuk menyanyati tubuhnya sendiri pasti masih ada di situ.
Walaupun sekolah seharusnya sudah selesai dari
tadi, namun masih banyak siswa yang ingin menyaksikan penyelidikan polisi
menegnai kasus David ini, termasuk Jia dan Juno. Sebenarnya Jia sangat malas
untuk menyaksikan semua ini, tapi Juno memaksa Jia agar mau menemaninya. Karena
bosan Jia pergi ke kantin untuk makan siang, maklum hari sudah siang. Juno
pergi menemui seorang polisi dan bertanya-tanya tentang kasus David ini. Dengan
sedikit basa-basi Juno diperbolehkan untuk melihat foto David yang takberdaya
itu, seketika Juno menemukan sebuah kejanggalan dalam foto itu. Dalam foto itu
terlihat beberapa jejak kaki yang mengarah pada sebuah ruangan yang berada
tepet di belakang tubuh David. Juno mencoba bertanya pada polisi tentang jejak
kaki tersebut, dan polisi itu biang itu jejak kaki para polisi yang tadi
mengidentifikasi tepattersebut. Karena belum puas dengan jawaban sang polisi
Juno memutuskan untuk pergi dan melihat sendiri arah jejak kaki tersebut.
Dengan susah payah Juno mengendap-endap agar
tidak ketahuan jika dia menerobos masuk ke TKP. Setelah beberapa menit
sampailah Juno di TKP, ternyata benar terdapat jejak kaki yang menuju ruangan
di belakang David. Dengan hati-hati Juno membuka ruangan tersebut, sepi.
Ruangan tersebut sangat gelap dan bau khas darah tercium sangat jelas di rungan
itu.“Kenapa dari luar tidak tercium bau darah sama sekali?” gumam Juno. Tanpa
pikir panjang Juno menyalakan lambu handphone-nya untuk penerangan. Juno
terkejut dengan apa yang dilihatnya, bebrapa organ dalam tubuh manusia yang
terbungkus toples tertata rapi di rak-rak yang mengeliingi ruangan tersebut.
Rasa ingin tahu Juno membunuh rasa takutnya, Juno segera mencari sesuatu barang
bukti atau apapun untuk memecahkan misteri ini. Setelah meihat-lihat Juno
menemukan sebuah buku diary yang beriaskan beberapa bercak darah di
setiap halamannya.
‘PRANKKK’
Juno segera memasukkan buku tersebut ke dalam
tasnya dan segera keluar setelah mendengar suara terbut. Juno bersembunyi
dibalik tumpukan matras, dan dengan segera keluar dari gedung olah raga
tersebut. Juno berencana menyusul Jia ke kantin, tanpa disadari Juno hari sudah
mulai gelap. ‘Apakah Jia masih menungguku di kantin?’ batin Juno setelah tahu
bahawa hari ini sudah gelap.Juno sampai di kantin, namun orang yang dicarinya
tidak ada. Malahan tak seorangpun ada di sana, Juno berfikir Jia pasti sudah
pulang jadi Juno memutuskan untuk pulang.
Setelah sampai di kamarnya, Juno membuka buku diary
yang tadi ditemukannya. Juno membuka lembar pertama, di halaman tersebut hanya
ada sebuah foto, terlihat seorang gadis kecil yang terlihat muram sedangkan
sepasang suami istri tersenyum bahagia. Juno tak memberikan banyak perhatian
pada foto itu. Dia membuka halaman selanjutnya tak ada yang menari dari halaman
ini selain percikan darah yang hampir memenuhi halaman tersebut, tak ada tulisan
maupun foto seperti halaman pertama tadi. Juno membuka halaman selanjutnya, dia
tak menemukan sesuatu yang janggal kecuali bercak darah yang terdapat pada buku
tersebut.
***
“Jia,
coba lihat buku ini” kata Juno sambil menyodorkan buku yang kemarn dia temukan
“Buku apaan nih?? Suram banget?” Jia heran
bagaimana Juno bisa menemukan buku yang begitu suram
“Kau tahu ruangan dibelakang David di temukan
tewas?” Juno mulai membuka pembicaraan
“Memangnya ada? Sepertinya tak ada apa-apa di
sana” Jia tak percaya dengan perkataan Juno barusan
“Aishh... nanti aku tunjukkan, sekarang buka
buku ini dan jika kau menemukan sesuatu yang aneh beri tahu aku, OK?” kata Juno
sambil ngeloyor pergi
Jia mulai membuka-buka buku yang diberikan
Juno, seperti Juno Jia tak menemukan sesuatu yang aneh kecuali-
“YAP!!” Jia berlari mencari Juno secepat yang
ia bisa, Jia ingin segera memberi tahu Juno apa yang dia temukan dalam buku
itu. Jia segera menuju suatu tempat, tempat yang paling Juno suka untuk
mengahabiskan waktu dan mencari inspirasi. Setelah menemukan Juno, Jia
menceritakan apa yang ada di fikirannya. Juno hanya menganggukkan kepalanya,
sekali-kali berkata ‘Terus?’ dan dengan sigap Jia melanjutkan pemikirannya.
“Bisakah kau membawaku kesana?” kata Jia pada
akhirnya
“Baiklah. Tapi kita harus segera kesana sebelum
hari malam, sangat mengerikan dalam ruangan itu” Juno memberikan persetujuan
dan alasan
“Baiklah, kita kesana sekarang” kata Jia
bersemangat
Jia dan Juno segera menuju gedung olah raga,
karena kasus tersebut belum terkuak gedung olah raga masih di segel dan tak
boleh seorangpun masuk ke dalam. Mereka harus mengendap-endap untuk masuk dalam
gedung itu agar tak katahuan oleh penjaga. Jia menutup hidungnya dengan masker
yang sudah mereka siapkan namun bau amis darah tetap bisa masuk ke dalam indra
pembaunya. Raut muka Jia terlihat sangat heran dan sedikit takut dengan ruangan
itu.
“Juno, kenapa ada ruangan seperti ini disini?
Kenapa bau amis tak tercium dari luar waaupun kita berada di depan pintunya
sekalipun? Ini aneh!” Jia berargumen
“Makannya aku
mengajakkmu ke sini, aku juga ingin tahu alasannya. Baiklah kita mulai
mencari barang yang mungkin bisa dijadikan barang bukti” Juno memutuskan
sepihak, namun Jia setuju
Mereka berdua menghabiskan sisa jam pelajaran
untuk mencari barang-barang yang mungkin berhubungan dengan tewasnya David
kemarin. Suasana begitu hening dan hanya hembusan nafas mereka yang terdengar,
sesekali dentuman sepatu terdengar saat mereka melangkahkan kaki. Rak-rak yang
tertata dalam ruangan itu sedikit aneh ada satu rak yang menghadap ke dinding,
hal ini disadari oleh Juno segera Juno memanggil Jia dan menunjukannya. Juno
dan Jia hanya saling bertatapan dan terdiam sejenak
“Mungkin kita harus mencari pembuka pintu ini,”
kata Juno sambil sibuk mencari sesuatu yang mungkin menjadi kunci pintu itu,
Juno menemukan sebuah potongan jantung yang berada di luar toples, karena semua
organ berada dalam toples Juno mengambil potongan tersebut dan memasukkannya ke
dalam topes kosong. Saat tangan Juno menyentuh jantung tersebut, deritan pintu
terdengar dan rak yang tadi mengahadap ke dinding perlahan mulai terbuka
“Ju-ju-juno-“ suara Jia tertahan saat rak
tersebut terbalik
“Asataga!! Ini bukan sebuah pintu, tapi-“ belum
sempat Juno menyelesaikan kata-katanya Jia memotong
“Kita arus cepat keluar dari sini!! Seharusnya
kita tidak masuk ke sini!!” Jia menarik tangan Juno dan setengah berlari keluar
“Kalian mau kemana??” sebuah suara menghentikan
langkah mereka “baru saja aku akan bersenang-senang dengan kalian” lanjutnya
dengan senyum menyeringai
“Kenapa
kau lakukan ini?” Jia berkata tanpa menoleh dia sangat hafal dengan suara itu
“Juno kau tak boleh menoleh!” sergah Jia saat Juno mencoba untuk mengetahui
siapa orang yang berbicara
“Juno,
Juno, kau benar-benar bodoh, apa kau tak tahu siapa aku?” orang itu sedikit
mendekat ke arah Juno dan Jia
“Siapa
kau? Jadi kau yang melakukan ini semua? Kau orang yang telah menjadi hantu
sekolah ini?” Juno benar-benar tak punya bayangan siapa orang tersebut
“Kenapa
kau lakukan ini? Kenapa kau membunuh mereka?” Suara Jia bergetar
“Karena,
karena mereka membuat ku muak!!!” suara orang tersebut mulai meninggi “Kau tahu
apa yang telah mereka lakukan padaku? Kau tahu? Jelas kau tahu!!!” orang
tersebut mulai histeris
“Tapi
apakah perlu kau melakukan semua ini?” Jia tak tahan dan meneteskan air matanya
“Kau adalah orang baik, apa yang membuatmu jadi seperti ini?”
“Jia,
kau tahu siapa dia? Siapa? Kenapa kau menangis?” Juno bertanya begitu banyak
namun Jia tak menjawab satupun pertanyaannya
“Kau
ingin mengetahui apa yang membuatku seperti ini? KAU INGIN TAHU, HAH?!” kini
emosinya tak bisa terbendung lagi
“Jangan-jangan
kau ini-“ kata-kata Juno menggantung “Suzy!!!”
“Kau
berada di sana waktu itu, kau tahu semuanya. Kau tahu apa yang telah mereka
lakukan padaku, apa aku salah jika aku membalas mereka?” air mata Suzy
membasahi pipinya
“Aku
tahu! Aku tahu apa yang kau rasakan, tapi-“
“TIDAK!!
Kau tidak tahu rasanya saat orang tuamu disiksa di depan matamu sendiri!! Kau
tak akan pernah tahu rasanya!!”
“Aku
tahu kau bukan tipe orang pendendam-“
“CUKUP!!”
Juno menengahi pertengkaran itu
Jia dan
Suzy bungkam, tak satupun dari mereka bersuara hanya isakan tangis yang terdengar
samar-samar. Bau amis darah yang dari tadi menggangu indra penciuman mereka
seakan-akan telah hilang dari ruangan tersebut. Hampir sepuluh menit berlalu
tapi tak sepatah katapun terucap dari mulut mereka. Jia menenggelamkan wajahnya
diantar lututnya, dia menangis terisak dan tak bersuara, seakan dia berada di
ruang hampa walaupun di berteriak sekuat yang dia bisa tak seorang pun dapat
mendengarnya. Sedangkan Suzy terus memandangi Jia dengan tatapan penuh
kebencian, parasnya yang cantik tertutupi dengan raut wajah menyeramkan dan
penuh kebencian.
Karena
suasana hening menambah suram suasana Juno membuka pembicaraan perlahan, Juno
meminta baik Suzy maupun Jia untuk mengungkapkan semunya. Juno tahu Suzy dan
Jia adalah sahabat sejati yang tak akan terpisahkan oleh apapun, walaupun Suzy
sudah menjadi seperti ini tapi dia yakin Jia masih sangat menyanyangi
sahabatnya itu. Kisah masa lalu yang gelap biarlah tetap berada disana, namun
tidak bagi Suzy, dia tak pernah meninggalkan masa lalunya begitu saja. Dia
terus hidup bersama masa lalunya yang telah merebut segalanya darinya, dan hal
itulah yang membuat Suzy menjadi hantu sekolah.
“Suzy..
maafkan aku. Aku tak ada saat kau benar-benar membutuhkan aku, aku memang
sahabat yang buruk bagimu” Jia berkata sambil memeluk Suzy
“Aku-“
kata-kata Suzy terputus-
‘DORRRR’
Suara
tembakan terdengar begitu jelas dan memekakan telinga. Sebuah cairan hangat
membasahi tangan Jia, Jia yang merasa tangannya basah melihatnya dan betapa
terkejutnya dia saat mengetahui itu adalah darah. Jia tak merasa kesakitan tapi
kenapa tangannya berdarah, tak mungkin juga itu darah Juno karena dia tak
menyentuh Juno. Air matanya semakin deras keluar dan membuat pipinya basah, dia
menyadari bahwa sahabat yang paling dia sayangi terluka dihadapannya
“SUZYY!!!!
Kau tak boleh meninggalkan aku!!” Jia memeluk tubuh Suzy erat
“Maafkan
aku Jia, mungkin inilah jalan yang terbaik untuk ku. Aku akan segera bertemu
dengan orang tuaku” suara Suzy terdengar sangat lemah
“TIDAK!
KAU TAK BOLEH PERGI!” Jia terus menangis dan memeluk tubuh Suzy yang lemah
“Jia-a-aku
sa-sangat menyangangimu k-kau a-ad-adalah s-s-saha-bat t-t-ter-baikku....” Suzy
menghembuskan nafas terakhirnya di pelukan sahabatnya yang paling dia sayangi.
bagus bagus :D
BalasHapusmakasih :) *big smile*
BalasHapusmaaf namanya belum di ganti, XD
ini sebenarnya tugas buat cerpen bahasa indonesia waku kelas X dulu, XD